🍂Inspirator Sejati dari Sang Laki-laki Buta🍂
Inspirator sejati dari sang laki-laki buta
karena peristiwa yang berkaitan dengan pribadinya Allah ta’ala menurunkan 16 ayat.
Ayat-ayat itu selalu kita baca dan senantiasa dibaca sampai hari kiamat
Ayat-ayat itu selalu kita baca dan senantiasa dibaca sampai hari kiamat
Siapakah laki-laki itu? Yang karenanya Nabi yang mulia mendapat teguran dari langit dan menyebabkan beliau sakit? Siapakah dia, yang karena peristiwanya Jibril Al-amin harus turun membisikkan wahyu Allah ke dalam hati Nabi yang mulia? Ialah ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM, muadzzin Rasulullah.
‘Abdullah bin ummi maktum, merupakan orang Makkah suku Quraisy, dia mempunyai ikatan kekeluargaan dengan Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam yakni anak paman Ummul mukmininin Khadijah binti Khuwailid. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya ‘Atikah binti Abdullah. Ibunya bergelar “ummi maktum” karena anaknya ‘Abdullah lahir dalam keadaan buta total.
‘Abdullah bin ummu maktum menyaksikan ketika cahaya islam mulai memancar di Makkah. Allah azzawajalla melapangkan dadanya menerima agama baru ini. Karena itu tidak diragukan lagi dia termasuk kelompok yang pertama-tama masuk islam. Sebagai muslim kelompok pertama ‘Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu.
Dia turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti yang diderita kawan-kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindak kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu Ummu Maktum menyerah? Tidak! Dia tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan dia semakin berpegang teguh pada agama Islam dan Kitabullah. Dia semakin rajin mempelajari syariat Islam dan sering mendatangi majlis Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam.
Begitu rajin dan rakusnya dia mendatangi majlis Rasulullah, menyimak dan menghafal Al-Qur’an sehingga setiap waktu senggang selalu diisinya, dan setiap kesempatan yang baik selalu direbutnya. Karena rewelnya, dia beruntung memperoleh apa yang diinginkannya dari Rasulullah, disamping kentungan bagi yang lainnya.
Kemudian diceritakan pada saat Rasulullah sedang berdialog dengan beberapa pemimpin-pemimpin Quraisy, sambil mengharapkan semoga mereka masuk Islam yakni ‘Utbah bin Rabiah, syaibah bin Rabiah dll, tiba-tiba ‘Abdullah bin Ummu Maktum datang menggangu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an, kata ‘Abdullah, “Ya Rasulullah ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda”
Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintan ‘Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada intrupsinya itu. Lalu beliau membelakangi ‘Abdullah dan melanjutkan pembicaraannya bersama pemimpin Quraisy tersebut, berharap dengan islamnya mereka, islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar. Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud hendak pulang, tetapi tiba-tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti terkena pukul.
Kemudian Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau dalam (Q.S abasa 1-16) yang berbunyi:
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapat pembelajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan begitu!
sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (ajaran-ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti” (Q.S Abasa:1-16)
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapat pembelajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada Allah, maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan begitu!
sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (ajaran-ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti” (Q.S Abasa:1-16)
Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril kedalam hati Rasulullah sehubungan dengan peristiwa ‘Abdullah bin Ummi Maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang dan terus dibaca sampai hari kiamat.
Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi ‘Abdullah apabila ia datang. Menyilahkannya duduk ditempat duduk beliau, menanyakan keadaannya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan ‘Abdullah sedemikian rupa, bukankah teguran dari langit itu sangat keras!?
Tatkala tekanan dan penganiayaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin berat dan menjadi-jadi. Allah azzawajalla mengizinkan kaum muslimin dan Rasul-Nya hijrah. Begitupun ‘Abdullah bin Ummi Maktum bergegas meninggalkan tumpah darahnya untuk menyelamatkan agamanya bersama Mush’ab bin Umair, sahabat-sahabat Rasul yang pertama-tama tiba di Madinah. Setibanya di Yatsrib (Madinah), ‘Abdullah bin ummi maktum dan Mush’ab segera berdakwah, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengajaran Islam. Setelah Rasulullah tiba di Madinah, beliau mengangkat ‘Abdullah bin ummi maktum serta Bilal bin Rabah menjadi muadzin Rasulullah.
Dan untuk memuliakan ‘Abdullah bin ummi maktum beberapa kali Rasulullah mengangkatnya menjadi wali kota Madinah menggantikan beliau, apabila meninggalkan kota.
Setelah perang Badar, Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an, mengangkat derajat kaum muslimin yang pergi berperang fi sabilillah. Allah melebihkan derajat mereka yang pergi berperang atas orang-orang yang tidak pergi berperang, dan mencela orang-orang yang tidak pergi berperang karena ingin bersantai-santai. Ayat-ayat tersebut sangat berkesan dihati ‘Abdullah bin ummi maktum. Tetapi baginya sukar mendapatkan kemuliaan tersebut karena dia buta. Lalu dia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah! Seandainya saya tidak buta, tentu saya pergi berperang.”
Kemudian dia memohon kepada Allah dengan hati penuh tunduk, semoga Allah menurunkan pula ayat –ayat mengenai orang-orang yang keadaannya cacat (udzur) seperti dia, tetapi hati mereka ingin sekali hendak turut berperang. Dia senantiasa berdo’a dengan segala kerendahan hati. Katanya, “wahai Allah, turunkanlah wahyu mengenai orang-orang yang uzur seperti aku”
Tidak berapa lama kemudian Allah memperkenankan doanya, dengan turunlah firman Allah azzawajalla dalam Q.S An-Nisa: 95
“Tidak sama orang-orang mu’min yang duduk (tidak turut berperang) dengan pejuang-pejuang yang berjihad fii sabilillah” Q.S An-Nisa: 95.
Ibnu Ummi Maktum berdiri seraya berkata: “ Ya Rasulullah! Bagaimana dengan orang-orang yang tidak sanggup pergi berjihad (berperang) karena cacat?
Selesai pertanyaan ‘Abdullah, rasulullah terdiam dan lalu beliau berkata:
“kecuali bagi orang-orang yang tidak mampu”
Maka turunlah pengecualian yang diharapkan oleh ‘Abdullah bin ummi maktum. Meskipun Allah azzawajalla telah memaafkan Ibnu maktum dan orang-orang yang uzur seperti dia untuk tidak berjihad, namun enggan baginya untuk bersantai-santai beserta orang-orang yang tidak turut berperang. Dia tetap membulatkan tekad untuk turut berperang fii sabilillah.
Hingga tahun ke-14 hijriah, Khalifah Umar bin khattab memutuskan akan memasuki Persia dengan perang yang menentukan, untuk menggulingkan pemerintahan yang zalim, dan menggantinya dengan pemerintahan Islam yang demokratis dan bertauhid.
Kemudian berkumpullah di Madinah kaum Muslimin dari segala penjuru, memenuhi panggilan Khalifah Umar begitupun dengan ‘Abdullah bin ummi maktum yang sudah siap memakai baju besi dan perlengkapan yang sempurna. Dia tampil sebagai pembawa bendera kaum muslimin dan berjanji akan senantiasa mengibarkannya atau mati disamping bendera itu.
Pada hari ke-3 perang Qadisiyah, perang berkecamuk dengan hebat, yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Kaum Muslimin berhasil memenangkan perang tersebut dengan kemenangan paling besar yang belum pernah direbutnya. Maka pindahlah kekuasaan kerajaan Persia yang besar ke tangan kaum muslimin. Dan runtuhlah mahligai yang termegah, dan berkibarlah bendera tauhid dibumi penyembah berhala itu.
Kemenangan yang meyakinkan itu dibayar dengan darah dan jiwa ratusan para syuhada. Diantara mereka yang syahid itu terdapat ‘Abdullah bin ummi maktum yang buta. Dia ditemukan terkapar di Medan tempur berlumuran darah syahidnya, sambil memeluk bendera kaum muslimin.
Radhiyallahu’anhu
~Begitulah sepenggal kisah dari sang inspirator sejati yakni ‘Abdullah bin Ummi Maktum seorang mujahid dan inspirator terbaik sepanjang massa, dengan kekurangannya Ia tetap bertekad kuat untuk belajar dan mengamalkan ilmu yang telah ia dengar dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kemudian meninggal dalam keadaan mati syahid.
Bagaimanakah dengan kita yang memiliki fisik yang lengkap dan masih diberikan kesehatan? akankah kita bisa seperti dia atau kita tetap dengan keadaan kita sekarang yang bermalas-malasan? Tentu, semua itu ada ditangan kita semua.
Semoga dari kisah ini bisa memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Bagaimanakah dengan kita yang memiliki fisik yang lengkap dan masih diberikan kesehatan? akankah kita bisa seperti dia atau kita tetap dengan keadaan kita sekarang yang bermalas-malasan? Tentu, semua itu ada ditangan kita semua.
Semoga dari kisah ini bisa memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Wallahu’taala a’lam,
# Hidayatul Mardianti
#LiterasiDiRumahAja
#HumedMT.Al-Kahfi2020.
#jazakumullah khairan katsiran.
#LiterasiDiRumahAja
#HumedMT.Al-Kahfi2020.
#jazakumullah khairan katsiran.
Komentar
Posting Komentar
mohon agar tetap memperhatikan adab dan etika dalam berkomentar. terimakasih