🐌 Porsi Hidup 🐌
Porsi Hidup
Penulis: Evi Sulistiana
“Ikhtiar dan doa masih berkelana mencari garis takdir.
Ya Allah.. Aku sudah berusaha, kuatkanlah Aku”
Ketika keinginanku tidak sesuai dengan harapan, mulai disitu turun air mata dan kecewa menghampiri. Suatu yang aku selalu doakan di setiap sujud terakhir, pupus begitu saja. Aku tidak menyalahkan siapapun, hanya saja ikhtiar yang aku lakukan mungkin masih kurang atau Allah sudah menyiapkan yang lebih baik. Ketika aku dalam kecewa yang selalu terucap adalah, “tidak apa-apa Allah bersama dengan aku”.
Di dalam kehidupan memang tidak selamanya mulus, aku tau itu. Ketika aku sudah berada di tengah-tengah perempatan jalan, aku mulai kebingungan memilih dengan mempertimbangkan, “Apa itu baik untuk diriku? Apa itu akan baik juga bagi orang tua aku?” Setiap jalan yang akan aku ambil sudah memiliki konsekuensi tersendiri, maka ketika ada masalah, bukanlah rasa sedih yang harus berlarut tetapi memutarbalikkan kepala mencari solusi dari masalah itu. Aku sadar bahwa semakin dewasa semua hal begitu berarti. Setiap momen memiliki maknanya sendiri. Setiap hal adalah pembelajaran. Jika kita dapat mengambil hikmah dari semua masalah, maka di sanalah kita menemukan bahwa rencana Allah itu yang baik.
Mungkin sekarang aku gagal, mungkin juga besok aku akan gagal lagi. Sepertinya kegagalan itu tidak akan pernah berakhir, Tapi aku menguatkan diri dari sebuah nasehat kurang lebihnya seperti ini " Kegagalan itu ada habisnya maka habiskan dulu porsi gagalmu supaya keberhasilan kau raih".
Disaat kita di atas pun mungkin akan ada saatnya kita di bawah. Allah mengatur segalanya, kita hanya sebagai pemeran yang harus mengikuti harus yang sudah diatur. Bersabar jika ada masalah, bersyukur jika diberi lebih. Masih bernafas saja adalah sebuah nikmat. Pandai-pandailah mensyukuri sesuatu. Dari syukur aku belajar bahwa kehidupan itu berharga, indah jika dipenuhi dengan takwa, kaya dengan berbagi, sejuk dengan dzikir, dan obat adalah Al-Qur’an.
Aku belajar dari sekitar ternyata kehidupan yang aku jalani adalah jauh lebih baik dari mereka. Jika dilihat kita masih punya rumah untuk tidur dengan nyaman, makan dengan teratur, pakaian yang bagus, materi kita terpenuhi segalanya. Namun, jarang kita mengakui yang ada. Kita terus saja merasa kurang. Semua hal bisa menjadi pelajaran bagi kita, tergantung bagaimana menyikapinya. Aku kira bahagia itu harus mendapatkan apa yang kita mau, tetapi aku sadar bahwa bahagia itu adalah merawat hati untuk tetap lapang dan Ridha terhadap scenario Allah.
I want tell you about something: gagal di satu tempat, Allah kirimkan dua tempat yang insyaAllah disalah satunya adalah rezeki bagi kita. Tetap positif. Suatu yang hilang akan digantikan dengan yang lebih baik. Mungkin kalian pernah merasa sangat membutuhkan hal tersebut, tetapi disisi lain ada orang lain yang sangat membutuhkannya sehingga Allah memindahkan doa kita ke yang lain. Rencana Allah selalu baik!
#LiterasiDiRumahAja
#HumedMT.Al-Kahfi2020.
#jazakumullah khairan katsiran.
Wahhhh, ma syaa Allah
BalasHapus