🍁NASEHAT TAK BERSUARA🍁
NASIHAT TAK BERSUARA
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati (Q.S Ali Imran: 185)"
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Ya, itulah sepenggal dari ayat Al-Qur'an yang menyebutkan bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya mati. Kita tidak pernah tahu, kapan dan dengan cara apa maut itu datang untuk menjemput. Karena sejatinya mati itu tidak mengenal usia, harta, bahkan tahta. Sungguh mati itu adalah perpisahan yang paling abadi. Perpisahan yang paling menyedihkan hati. Sungguh, mati itu adalah ajal yang pasti akan kita temui.
"Ci, kalau mau keluar rumah jangan lupa pakai kerudungnya". Ya, itulah kalimat yang paling sering aku dengar setiap hari. Kalimat yang tidak pernah dilupakan oleh wanita paruh baya itu. Iya, dia adalah nenek ku. Tepatnya nenek kesayanganku. Beliau adalah satu-satunya orang yang paling mengerti aku, bahkan melebihi orang tuaku. Bahkan katanya dulu waktu aku lahir, nenek lah yang memberiku nama Cici Emi Putri, yang artinya berkah yang indah. Awalnya, kedua orang tuaku tidak menginginkan kehadiranku diantara mereka. Karena bagi mereka, anak adalah penghalang bagi kerja keras mereka. Mereka tidak mau terbebani untuk mengurusi anak. Sehingga waktu itu aku diasuh oleh nenek, karena bagi nenek anak adalah berkah yang indah serta titipan yang Kuasa yang harus dijaga dengan baik. sampai akhirnya waktu aku berumur 9 tahun akhirnya kedua orang tuaku mau menerima kehadiranku.
Orang tuaku adalah orang yang super sibuk. Bahkan ketika aku tinggal bersamanya, mereka jarang sekali pulang kerumah dan menghabiskan waktu bersamaku. Aku lebih sering bersama bik imah, asisten rumah tangga kami. Ayah ku adalah seorang anggota dewan daerah, sedangkan mamaku seorang manajer diperusahaan milik ayah. Sejak kecil, aku dibesarkan di lingkungan keluarga yang kurang paham tentang ilmu agama. Aku hanya dibesarkan dengan materi dan uang. Apapun yang aku inginkan pasti bisa aku beli. Tapi, tidak dengan kebahagiaan dan kenyamanan. Aku tidak bisa membelinya dengan uang dan kekayaan. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek. Waktu itu aku baru berumur 15 tahun dan baru kelas 3 SMP. Karena ikut tinggal bersama nenek, akhirnya aku dipindahkan ke MTS-IT di dekat rumah nenek. Dan itu adalah awal dari kehidupanku yang baru. Setiap hari aku harus pergi ke sekolah yang aku anggap menyebalkan dan penuh dengan peraturan-peraturan. Harus pakai kerudung setiap ke sekolah, tidak boleh terlalu bergaul dengan para laki-laki, dan yang paling menyebalkan adalah harus menggunakan bahasa Arab setiap hari Jum'at. Aku sungguh tidak menyukai sekolah itu. Seandainya ini bukan permintaan nenek ku, aku tidak akan pernah mau masuk ke sana.
Setiap waktu, nenek selalu memberiku nasihat agar bisa menjadi manusia yang baik-baik. Insan yang dekat dengan sang pencipta. Bahkan nenek sangat menginginkan agar besok waktu aku lulus dari MTS-IT aku bisa melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Nenek sangat menginginkan kalau seandainya aku bisa menghafal Al-Qur'an. Jangankan menghafal Al-Qur'an, membacanya saja aku benar-benar tidak bisa. Aku pun menolak keras kemauan nenek. Bagiku, Tuhan tidak pernah sayang kepadaku. Dia menjauh kan ku dari kedua orang tua ku. Tapi, nenek tidak pernah marah mendengar perkataan ku. Beliau selalu sabar menghadapai tingkah ku. " Tuhan itu baik dan Maha Adil Ci, masih begitu banyak orang di luaran sana yang sudah kehilangan kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Kamu termasuk orang yang beruntung, masih memiliki orang tua yang lengkap" ujar nenek kepada ku sambil tersenyum hangat. Mendengar perkataan nenek yang seperti itu membuat mata ku berkaca-kaca dan tak kuasa menahan tangis. "Aku hanya butuh kasih sayang nek!. Aku tidak butuh uang dan semua ini". Mendengar ucapanku, akhirnya nenek juga menangis sambil memelukku hangat. Yang tanpa tersadar aku pun tertidur di pangkuannya.
" Kapan kalian pulang? Cici hanya butuh kasih sayang kalian. Dia tidak butuh harta kalian. Karena bagi Cici harta terbaiknya adalah orang tua dan keluarga". Suara nenek terdengar begitu sayu saat sedang berbicara dengan seseorang lewat telpon. Mungkinkah nenek sedang berbicara dengan kedua orang tua ku. Dilihatku nenek dengan tatapan sayu. Beliau tersenyum manis sambil mengajakku untuk sholat ashar berjamaah. Ya, meskipun aku baru tinggal bersama nenek kurang lebih 2 bulan, tapi nenek sudah banyak mengajariku ilmu agama seperti sholat, mengaji dan bisa sedikit mengubah cara berpakaian ku. Yang awalnya terbuka atau kurang wajar untuk anak seumuran ku menjadi sedikit lebih tertutup. Meskipun aku masih belum siap untuk berhijab. Bahkan untuk sholat saja suka lupa kalau tidak diperingatkan oleh nenek.
"Nenek habis telponan sama ayah dan mama iya?" tanya ku kepo. "Iya, katanya dua hari lagi mereka kesini. Katanya sih mereka mau ngajak kita liburan" ucap nenek dengan antusias. Mataku melotot mendengar ucapan nenek. "Serius nek?" Ucapku tak kalah antusias. Melihat tingkah ku itu, nenek hanya tertawa geli. "Oh iya Ci, kalau besok kamu tinggal bersama orang tuamu, jangan lupa sholat iya. Karena dengan sholat, kamu bisa lebih dekat dengan sang Pencipta. Dan satu lagi, Cici jangan lupa untuk menutup aurat, karena itu hukumnya wajib. Nenek pasti bahagia banget Ci, apalagi sampai kamu mau masuk pondok pesantren besok pas kamu lulus MTS. Pasti nenek tambah senang lagi". "Mmm....besok Cici pikirkan dulu iya nek. Soalnya Cici males banget harus pakek kerudung kemana-mana. Ini aja udah sumpek banget nek" ucapku. " Masa kamu kalah sama ayam sih Ci. Ayam aja kalau tidak dimasak tidak bisa kita melihat tubuhnya, soalnya ketutup sama bulu semua" ucap nenek dengan nada menyindir. Mendengar sindiran dari nenek, aku hanya tersenyum geli.
Akhirnya tibalah saat dimana hari ini kedua orang tuaku akan datang menjenguk ku. Saat itu aku bangun begitu pagi dan langsung sholat subuh tanpa harus diingatkan oleh nenek. Setelah selesai sholat, aku pun pergi ke dapur untuk membantu nenek menyiapkan makanan untuk kita sarapan. " Ci, kamu pergi sendiri saja menjemput orang tuamu iya. Soalnya nenek mau kepengajian pagi ini" ucap nenek setelah selesai sarapan. "Tapi nek, Cici maunya nenek ikut" dengan nada memaksa. Tetapi tetap saja nenek menolak permintaan ku untuk ikut menjemput mama dan ayah, dan memutuskan untuk pergi kepengajian saja. Akhirnya aku pun berangkat menjemput kedua orang tua ku bersama supir ke bandara. Dan nenek pun berangkat ke pengajian. Tak berapa lama pengajian pun selesai, dan nenek memutuskan untuk langsung pulang. Saat hendak menyeberang jalan, ada sebuah truk besar dengan kecepatan tinggi yang langsung menabrak nenek. Sepertinya pengemudi truk itu dalam keadaan masih mengantuk. Nenek pun terpental dan jatuh berlumuran darah. Para warga berlarian berusaha untuk menolong nenek. Tapi karena pendarahan yang banyak, akhirnya nenek tidak bisa terselamatkan.
Hari ini perasaanku benar-benar campur aduk menjadi satu. Disatu sisi aku bahagia ada sosok yang datang kembali kepadaku. Dan disisi lain aku begitu terluka karena ada sosok yang harus pergi untuk selamanya dari hidupku. Bagaimana kami tidak shock waktu sampai dirumah nenek. Kami melihat kerumunan warga yang begitu banyak . Aku bahkan terdiam kaku dan tak kuasa menahan tangis saat melihat melihat nenek yang terbujur kaku didalam. Aku teriak sambil menangis dan langsung memeluk nenek untuk yang terakhir kalinya. Melihat hal itu, kedua orangtuaku langsung memelukku sambil mengelus kepalaku. "Sudah, jangan menangis lagi, nanti kalau kamu terus-terusan nangis nenek jadi sedih kan. Ikhlaskan kepergian nenek Ci. Nenek itu orang yang baik, pasti mendapatkan tempat yang indah di sisi-Nya". Aku terus menangis bahkan semakin keras. Kenapa nenek begitu cepat tinggalin Cici. Padahal Cici belum memenuhi permintaan nenek untuk berhijab dan masuk pondok pesantren. Aku terus menyesali waktu yang tidak bisa aku manfaatkan dengan baik bersama nenek.
Hari-hari ku lewati dengan biasa dan tanpa sosok seorang nenek di sampingku. Akhirnya aku tinggal bersama orang tuaku. Mama ku memutuskan untuk berhenti menjadi manajer dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan ayahku tetap menjadi anggota dewan, tetapi masih bisa membagi waktu dengan keluarga. Suatu malam aku bermimpi bertemu dengan nenek. Nenek tersenyum kearah ku sambil berkata " belajarlah dari nasihat yang tak bersuara Ci". Saat itu aku langsung bangun dengan dipenuhi keringat dingin. Aku terus kepikiran maksud dari perkataan nenek. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada ustazah ku di MTS-IT.
Setelah menata hati dan mengistiqomahkan diri, akhirnya aku memutuskan untuk berhijab dan akan melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Sebelum berangkat ke pondok, aku pergi dulu untuk berziarah ke makamnya nenek. Aku pergi ke sana dengan menutup aurat ku. Aku memandang makamnya nenek sambil meneteskan air mata. Terima kasih nek atas semua nasehat nenek untuk ku. Sekarang aku paham kenapa nenek selalu mengajariku tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Karena kehidupan ini tidak akan pernah kekal. Karena semua nya akan kita tinggalkan dan hanya amal lah yang akan bersama kita. Terima kasih nek....
Wallahu a'lam bi showab
#LiterasiDuRumahAja
#HumedMT.Al-Kahfi2020.
#jazakumullah khairan katsiran.
Komentar
Posting Komentar
mohon agar tetap memperhatikan adab dan etika dalam berkomentar. terimakasih