🌿Istikomah Sepaket Dengan Sabar... 🌿


*ISTIKOMAH SEPAKET DENGAN SABAR*




1. Pengertian Istiqomah: Umar bin Khattab R.A
Istiqomah adalah hendaknya dan upaya untuk bertahan pada satu perintah atau larangan serta tidak berpaling dari yang lain.
2. Pengertian Istiqomah: Utsman bin Affan R.A
Istiqomah adalah ikhlas yang datang dari lubuk hati terdalam.
3. Pengertian Istiqomah: Ali bin Abi Thalib R.A
Istiqomah adalah melaksanakan suatu kewajiban, terutama kewajiban kepada Allah SWT.


disimpulkan bahwa istiqomah adalah konsisten dan teguh pendirian, atau tidak plin-plan dalam menjalankan kewajiban perintah Allah yang didasari ketulusan hati untuk mengerjakannya.

Salah satu manfaat dan buah dari sikap istiqamah, dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Matn Al-Arba`iin Al-Nawawiyyah, berdasarkan surah Fusshilat ayat 30. Kata beliau, bahwa makna bunyi ayat “Inna al-ladziina qaaluu rabbunal-Lah tsummas-Taqaamuu, Tatanazzalu `alaihimul-Malaaikah,” adalah Allah akan menurunkan para malaikat-Nya guna membawa kabar gembira kepada orang-orang yang istiqamah.

Apa pesan tersebut? Kata Imam Nawawi, pesan itu adalah kelanjutan dari ayat di atas. Yaitu firman Allah Subhanahu Wata’ala, “La Takhaafuu wa Laa Tahzanuu Wa Absyiruu bil-Jannatil-Lati kuntum Tuu`aduun,” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu).
Dalam tafsir, lanjut Imam Nawawi, ketika orang-orang yang istiqamah itu diberi kabar gembira dengan melenggang ke surga, mereka bertanya, “Lalu, bagaimana dengan keadaan anak-anak kami? Apa yang akan mereka makan sepeninggal kami?”
Allah menjawab pertanyaan mereka dengan berfirman,
نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.” (QS. Fusshilat : 31)


*"_Di kisahkan seorang ahli ibadah ahli       zuhud " *Abu Qilabah_"*


Nama beliau adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari Al-Bashroh.  Nama lain Beliau adalah "*Abu Qilabah*", beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin Al-Huwairits –radhiallahu ‘anhuma- . Beliau wafat di negeri Syam pada tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdil malik.


Abdullah bin Muhammad berkata, “Aku keluar menuju tepi pantai dalam rangka untuk mengawasi (menjaga) kawasan pantai (dari kedatangan musuh)…tatkala aku tiba di tepi pantai tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai) dan di dataran tersebut terdapat sebuah kemah yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnya pun yang bermanfaat baginya kecuali lisannya, orang itu berkata, “Ya Allah, tunjukanlah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”.


Abdullah bin Muhammad berkata, “Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya??.
Maka aku pun mendatanginya lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya, “Aku mendengar engkau berkata “Ya Allah, tunjukanlah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan”, maka nikmat manakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu.? sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut??, dan kelebihan apakah yang telah Allah anugerahkan kepadamu hingga engkau mensyukurinya??”


Orang itu berkata, “Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Robku kepadaku?, demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah hal itu kecuali semakin membuat aku bersyukur kepadaNya karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan)ku ini. Namun, wahai hamba Allah, engkau telah mendatangiku maka aku perlu bantuanmu, engkau telah melihat kondisiku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang berusia 14 tahun yang selalu melayaniku, di saat tiba waktu sholat ia mewudhukan aku, jika aku lapar maka ia menyuapiku, jika aku haus maka ia memberikan aku minum, namun  ia izin keluar mencari makanan untuk aku dan sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya maka tolonglah engkau mencari kabar tentang-Nya –semoga Allah merahmati engkau-“. Aku berkata, “Demi Allah tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya yang ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau”.


Maka akupun berjalan mencari putra orang tersebut hingga tidak jauh dari situ aku melihat sekawanan burung gagak yang mengerumuni sebuah bangkai aku sampai di tempat burung pemakan bangkai tersebut, tiba-tiba aku mendapati  tubuh yang telah tercabik- cabik dan kepalanya telah terpisah dari tubuhnya, sungguh malang   nasibnya rupanya ini adalah putra orang tersebut. akupun mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun. Aku berkata, “Bagaimana aku mengabarkan hal ini kepada orang tersebut??”

Dan tatkala aku tengah kembali menuju perkemahan orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam. Tatkala aku menemui orang tersebut maka akupun mengucapkan salam kepadanya lalu ia menjawab salamku dan berkata, “Bukankah engkau adalah orang yang tadi menemuiku?”, aku berkata, “Benar”. Ia berkata, “Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?”. Akupun berkata kepadanya, “Engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub ‘alaihissalam?”, ia berkata, “Tentu Nabi Ayyub ‘alaihissalam “, aku berkata, “Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub?, bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?”, orang itu berkata, “Tentu aku tahu”. Aku berkata, “Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?”, ia berkata, “Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah”. Aku berkata, “Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya”, ia berkata, “Benar”. Aku berkata, “Bagaimanakah sikapnya?”, ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah”. Aku berkata, “Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau akan hal itu?”, ia berkata, “Iya”, aku berkata, “Bagaimanakah sikap nabi Ayyub?”, ia berkata, “Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah, langsung saja jelaskan maksudmu –semoga Allah merahmatimu-!!”. Aku berkata, “Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara sekawanan burung gagak di atas gundukan pasir dalam keadaan telah wafat diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipat gandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau”. Orang itu berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepadaNya lalu Ia menyiksanya dengan api neraka”, kemudian ia berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun”, lalu ia menarik nafas yang panjang dan mengucap syahadat lalu meninggal dunia.  Aku berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun”, besar musibahku, orang seperti ini jika aku biarkan begitu saja maka akan dimakan oleh binatang buas, dan jika aku hanya duduk maka aku tidak bisa melakukan apa-apa[1]. Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis.


Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku “Wahai Abdullah, ada apa denganmu?, apa yang telah terjadi?”. Maka aku pun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami. Lalu  mereka berkata, “Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!”, maka aku pun membuka wajahnya, lalu mereka pun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata, “Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, demi Allah tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur!!”. Aku bertanya kepada mereka, “Siapakah orang ini –semoga Allah merahmati kalian-?”, mereka berkata, Abu Qilabah Al-Jarmi sahabat Ibnu ‘Abbas, ia sangat cinta kepada Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kamipun memandikannya dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami mensholatinya dan menguburkannya, lalu merekapun berpaling dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di kawasan perbatasan. 


Tatkala tiba malam hari aku pun tidur dan aku melihat di dalam mimpi ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah
سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّار.{ (الرعد:24)
“Keselamatan bagi kalian
(dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. 13:24)
Lalu aku berkata kepadanya, “Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?”, ia berkata, “Benar”, aku berkata, “Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua”, ia berkata, “Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa dengan bencana, musibah, dan selalu ber syukur tak kalah di berikan rahmat dari Allah SWT.


Dari penjelasan dan  sepenggal kisah di atas bahwa buah dari istikomah serta kesabaran ialah :
1. Merasakan ketenangan hatinya, tidak merasa takut,
2. Diberikan kabar gembira berupa surga    tempat kembalinya
3. Di tinggikan derajat- derajat-Nya di sisi Allah SWT
4. Di jamin kehidupan dunia dan akhirat.



 
Referensi :
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
https://almanhaj.or.id/3761-abu-qilabah-mengajarkan-sabar-dan-syukur-kepada-allah.html.
Sumber: Basweidan.com
Artikel www.KisahMuslim.com
Read more https://kisahmuslim.com/3327-kisah-indah-orang-shalih-abu-qilabah.html



LiterasiDiRumahAja....

Komentar

Posting Komentar

mohon agar tetap memperhatikan adab dan etika dalam berkomentar. terimakasih

Postingan populer dari blog ini

(SEKILAS DAKWAH) Biodata Imam Al-Ghazali

🌹Mencintai Dalam Diam🌹

OBATMU ADALAH SEDEKAHMU